Sekarang setiap orang bisa menjadi genius.
Memperkenalkan “Pelatihan Otak Tengah”
Apa yang kita bisa lihat saat ini adalah terobosan paling muthakhir dari penelitian otak manusia. Sebagaima kita ketahui bersama, bahwa hampir lebih dari 95% otak manusia tidak dipakai. Sebagian dari kita menggunakan tidak lebih dari 3% kemampuan otak manusia dan membawa 97% lainnya ke liang kubur. Menurut para ilmuwan, Eisntein (Sang Genius) sendiri, tidak menggunakan lebih dari 10% kemampuan otaknya.
Sesungguhnya kita semua bisa menjadi genius, bila saja kita tahu bagaimana mengaktifkan kemampuan otak kita yang sebagian besar masih dalam kondisi tertidur (sleeping mode). Sejak tahun 2005, GMC telah menemuan metode ilmiah sehubungan dengan pengaktifan otak tengah manusia, yang memungkinkan seseorang dapat melihat dengan kedua mata tertutup menggunakan gelombang otak yang dikeluarkan oleh bagian otak manusia yang terkenal dengan istilah kedokteran sebagai mesencephalon. Otak tengah yang merupakan jembatan bagi kedua buah otak manusia (kiri dan kanan), yang pada sebagian besar manusia berada pada posisi “sleeping mode” disebabkan salah beberapa hal seperti stress dan kesedihan. Setelah diaktifasi kekuatan otak manusia kembali utuh serta banyak potensi yang tersembunyi akan keluar begitu saja, dan dengan pelatihan yang konstan merupakan jalan tol menjadi genius. Beberapa manfaat lain dari aktifasi otak tengah adalah sebagai berikut: > Meningkatkan memory (belajar dalam waktu lebih singkat) > Meningkatkan konsentrasi (lebih mudah berkonsentrasi) > Meningkatkan kreatifitas (lebih inovatif) > Mempertajam bakat (bakat lebih tajam) > Meningkatkan kesehatan (hormon lebih seimbang) > Meningkatkan keseimbangan penggunaan otak kiri dan kanan (karakter lebih seimbang) Beberapa permasalahan mental akan berkurang sampai titik minimal setelah aktifasi otak tengah. Anak-anak yang mengalami masalah hiperaktif akan dapat duduk dengan lebih tenang, dan sebaliknya anak-anak yang cenderung pendiam akan menjadi lebih aktif. Dewasa ini orang cenderung menjadi menjadi salah satu dari “dominan otak kiri” atau “dominan otak kanan”. Orang dengan dominan otak kiri, biasanya dikontrol lebih banyak oleh otak kirinya. Kemampuan otak kanannya cenderung menjadi tersisihkan, dan semakin tidak berkembang. Sebaliknya orang yang dominan otak kanan cenderung kemampuan otak kirinya terkalahkan dan semakin tidak digunakan semakin tidak berkembang. Orang yang telah diaktifasi otak tengahnya, tidak lagi menjadi dominan otak kiri atau kanan, melainkan dominan otak tengah. Otak tengah ini akan menjadi kapten bagi kedua otak lainnya (kiri dan kanan) yang bisa mengontrol kemampuan kedua otak manusia sekaligus. Dan hanya mereka yang dominan otak tengahnyalah yang bisa menggunakan dan mengontrol kedua otak sekaligus |
Pakar Midbrain dari Jepang Prof. Makota Sichida menegaskan bahwa “Otak tengah adalah jembatan bagi otak kiri dan otak kanan manusia. Jika ingin menggunakan kemampuan kedua otak sekaligus (kiri dan kanan) maka otak tengah harus diaktifasi terlebih dahulu”
Banyak orang tua merasa frustasi karena anaknya tidak bisa duduk diam, sementara orang dewasa merasa frustasi karena mereka tidak bisa seaktif anak-anaknya. Kita tahu bahwa akar permasalahannya adalah pada fungsi otak kita. Jika seseorang adalah dominan otak kanan, maka ia tidak akan bisa duduk diam untuk waktu yang lama, demikian pula sebaliknya. Kita tidak bisa mengontrol kedua otak kita, kiri dan kanan sekaligus, kecuali kita adalah dominan otak tengah. Masyarakat Indonesia saat ini cenderung lebih dominan otak kiri; penuh perhitungan, pencemburu; penuh kebencian, karakter seperti itu mendominasi karena, otak kanan yang seharusnya dipenuhi dengan cinta kasih; intuitif, dan inovatif telah tertekan dan terkalahkan. Keinginan untuk melihat masyarakat yang pandai namun penuh cinta kasih sangat mungkin terwujud jika otak tengah mendominasi. Kita semua berharap bisa melihat perubahan ketika otak kita seutuhnya bisa berfungsi sepenuhnya.
Marilah kita hendaknya jangan dibutakan oleh “dana” yang harus kita keluarkan sebagai usaha kita, orang tua, mendidik dan melatih anak-anak kita. Marilah kita lihat pada manfaat jangka panjang yang sungguh di luar apa yang dapat kita bayangkan. GMC benar-benar sebuah pelatihan yang jangan sampai anak-anak kita ketinggalan.
Melihat dengan kedua mata tertutup (blindfold) bukanlah tujuan pelatihan ini. Blindfold hanyalah satu dari indikasi yang bisa kita lihat ketika otak tengah anak telah teraktifasi. Gelap akan membantu anak-anak kita untuk lebih bisa berkonsentrasi, sebagaimaan para pakar mengatakan bahwa otak kita berhungsi secara berbeda dalam kegelapan.
Tidak ada efek samping yang perlu dikhawatirkan orang tua, karena GMC tidak menggunakan obat-obatan di dalam pelatihannya. GMC juga tidak menggunakan salah satu metode yang berdasarkan pada agama tertentu. GMC sangat natural dan sangat ilmiah, serta dapat dijelaskan secara medis.
Ribuan orang telah mengitkuti program aktifasi otak tengah dengan berbagai metode lainnya di berbagai negara. Di Rusia perlu makan waktu satu tahun bagi seorang siswa untuk mampu melakukan aksi blindfold. Di Jepang, sedikitnya perlu waktu tiga bulan untuk melakukannya. Di Indonesia (sebagaimana juga di berbagai negara lainnya seperti Singpore, Thailand, Malaysia, dll) siswa-siswa GMC hanya perlu waktu 1.5 hari saja (12 jam)
Saat ini metode GMC menempati sukses tertinggi di dalam penyebaran pasar internasional.
Selain kemampuan dengan mata tertutup mampu melakukan berbagai aktifitas, peserta pelatihan GMC juga dengan pelatihan yang konstan akan mampu melakukan banyak hal seperti melihat dengan sentuhan, atau terkenal dengan istilah “skin vision”. Sebagian anak lainnya yang telah teraktifasi otak tengahnya mampu melihat kartu secara detail dengan penciumannya atau pendengarannya. Sebagian lainnya mengatakan mereka mampu melihat, menulis, membaca, dan mewarnai di dalam kegelapan total.
Sekarang setiap anak kita bisa hidup SANGAT NORMAL setelah otak tengah mereka diaktifasi. Sesungguhnya otak manusia demikian hebatnya. Apa yang barusan digambarkan di atas hanyalah seperti sebongkah batu es di permukaan kutub utara, sebagian besar lainnya tidak terlihat dan masih tersembunyi. (Courtesy of GMC Indonesia)